Kamis, 31 Juli 2008

Mengevaluasi diri berdasarkan Al Quran (2)

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil alamin,
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

Manusia, manusia, masih saja......
Seringkali kita merasa bersedih, kecewa bila setiap yang kita usahakan tidak membuahkan hasil sesuai dengan yang kita harapkan, dibutuhkan tingkat ketabahan dan keikhlasan tertentu untuk dapat menerima dengan lapang dada, bahkan dengan tetap mensyukuri setiap capaian kita, tentu saja harus disertai dengan evaluasi dari setiap hal yang telah kita kerjakan.
(Sesuai dengan judul tulisan ini)



Teringat sekali pada setiap malam, ketika Latihan Kader I dilaksanakan, evaluasi secara setia menjadi agenda penutup, dari peserta ke OC, peserta ke SC, OC ke peserta, dan SC ke peserta. Pasti ada yang dikeluhkan, terlebih soal makan, belum pernah saya melihat LK I yang tidak pernah mempermasalahkan tentang makanan, entah terlambat, lauknya g variatif, dll. Biasa, keterbatasan dana (iya ta?).

Tersambung dengan tulisan yang kemarin, bahwa MIPA merupakan tempat bagi kita untuk mengembangkan potensi berjamaah, maka alangkah indahnya bila evaluasi itu dilakukan dengan niatan agar hari esok akan lebih baik dari hari ini, sejam mendatang akan lebih baik dari sejam ini, bahkan sedetik lagi itu lebih baik dari detik ini, artinya harapannya agar kita semua bisa menjadi kader yang lebih progresif, syukur-syukur menjadi progresif revolusioner, bukan begitu dik Aris....

Alhamdulillahi rabbil alamin,
atas waktu yang diberikan kepada kita semua untuk sempat mengindra, meresapi, merenungkan, dan memahami setiap kekurangan yang ada. Dalam setiap kekecewaan, pasti memunculkan penyikapan yang beragam pada diri seseorang, sebenarnya lebih bersifat optional, apakah akan masa bodoh, dengan serta merta menganggap bahwa itu merupakan kehendak Tuhan; larut dalam kesedihan, dan terus menerus mendongkolkan di hati, kok bisa-bisanya (dalam istilahnya sinetron tuyul dan mbak yul) gagal maning, gagal maning, tanpa memikirkan kenapa kok bisa gagal, kenapa kok maning?!@#$%^. Sebagai seorang yang katanya organisatoris, terlebih kader HMI (baca : Harapan Masyarakat Indonesia) idealnya kita juga menjadikan hidup kita terorganisir, tersistematis, dan termetodekan, dengan jalan menanggapi sebuah ketidaksesuaian harapan dan hasil yang kita capai dengan sebuah proses evaluasi yang komprehensif, bukan hanya sekedar sebagai pengisi agenda acara.

mengevaluasi bukan dengan emosi, atau mungkin kekecewaan, tapi mengevaluasi dengan perjuangan (maksud-te?) Dalam setiap perjuangan dibutuhkan ghirah, spirit, semangat, semangat untuk belajar, untuk menjadi lebih baik, untuk mencapai tujuan yang diidam-idamkan. Dalam hal ini yang lebih dibutuhkan adalah sebuah keterbukaan pikiran dan kelapangan hati. Keterbukaan pikiran dan kelapangan artinya menyadari bahwa diri kita adalah manusia, tempat salah dan dosa, sudah menjadi sebuah keharusan ketika ada orang lain yang menyalahkan kita, dengan maksud untuk menguji apakah kebenaran yang kita pegang itu memang benar, berdasarkan sudut pandang, nilai, dan norma yang ada.

Beberapa bulan terakhir ini kita lihat di HMI cabang surabaya diadakan sebuah agenda evaluasi, tapi seperti biasalah, karena saya tidak mengikuti jadi saya tidak cukup kompeten untuk mengomentari kondisi atau apapun yang terjadi di dalam pleno. Semoga saja yang menjadi hasil evaluasi bisa diperbaiki, lebih disempurnakan, dan lebih mengarah ke mision kita yang indah...


Bersyukurlah masih ada yang mengingatkan....
Jangan jengkel bila ada yang mengevaluasi kita.....
Berterimakasihlah setelah kita dievaluasi, 
yang paling penting, kalo merasa salah segeralah bertobat....

Alhamdulillahi rabbil alamin.
(masih bersambung........)

Tidak ada komentar: